Wednesday, June 15, 2011

Salat Gerhana - Matahari dan Bulan


Salat Gerhana termasuk salah satu salat sunnah muakkad sebagaimana halnya salat malam salat ‘idain dan salat sunnah yg lain. Hanya saja salat ini kurang mendapat perhatian secara luas dari kalangan kaum muslimin berbeda dgn salat ‘idain. Hal ini barangkali lbh disebabkan krn mereka pada umumnya belum mengetahui sejauh mana salat ini dianjurkan oleh syariat. Oleh krn itu pada edisi ini kami mencoba menurunkan kajian ini utk memberikan gambaran kepada umat Islam agar mereka bisa memanfaatkan kesempatan itu dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sebab munculnya gerhana tersebut memang semata-mata merupakan bukti dari kekuasaan Allah SWT. Dalil-Dalil Dianjurkannya Salat Gerhana a. Dari al-Mughirah bin Syu’bah ra berkata “Pernah terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah saw di saat Ibrahim meninggal lalu orang-orang saling berkata ‘Gerhana matahari terjadi krn meninggalnya Ibrahim’. Kemudian Rasulullah saw bersabda ‘Sesungguhnya matahari dan bulan adl dua tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah SWT tidak terjadi gerhana pada keduanya sebab kematian seseorang atau kehidupannya. Karena itu berdo’alah kepada Allah SWT dan lakukanlah salat sampai matahari itu terang kembali’.” . Redaksi hadis tersebut menggunakan kata ‘inkasafat’ apakah kata itu khusus utk matahari atau juga utk bulan? Dalam hal ini ulama berbeda pendapat namun berdasarkan dalil yg tsabit bahwa apabila terjadi gerhana matahari maupun bulan tetap disunnahkan utk melakukan salat gerhana. Kemudian Imam Nawawi berkata “Ulama telah bersepakat bahwa salat gerhana itu hukumnya sunnah. Sedangkan menurut jumhurul ulama disunnahkan melakukannya dgn berjamaah sementara menurut al-Iraqiyyun disunnahkan melakukannya dgn sendiri-sendiri . b. Dari Abu Bakarah ra “Maka salatlah dan berdoalah sampai itu terang kembali kepadamu.” . Tehnik Pelaksanaan Salat Gerhana Salat gerhana berbeda dgn salat yg lain baik sunnah maupun fardhu. Jika salat ‘Idain itu dgn dua rakaat dan 12 takbir
maka salat gerhana itu dgn dua rakaat namun dgn berdiri 4 kali membaca Al-Fatihah dan surah 4 kali serta ruku’ 4 kali. Untuk lbh jelasnya perhatikan hadis-hadis di bawah ini a. Dari Aisyah ra “Nabi saw mengeraskan bacaannya pada salat gerhana matahari lalu beliau salat empat rakaat dalam dua rakaat dan empat kali sujud”. Muttafaq Alaihi dan ini menurut lafal Muslim sedangkan menurut riwayat Muslim “.. lalu Nabi saw mengutus seorang Bilal yg mengumandangkan‘as-sholaatu jaami’ah’ .” Berdasarkan hadis ini pada salat gerhana matahari itu disunnahkan mengeraskan bacaan. Meski demikian dalam hal ini ada empat pendapat Pertama mengeraskan bacaan secara mutlak baik pada salat gerhana matahari maupun pada salat gerhana bulan. Dalilnya adl hadis ini dan hadis yg lain. Pendapat ini adl pendapatnya madzhab Ahmad bin Hanbal Ishaq Abu Yusuf dan Muhammad asy-Syaibani Ibnu Khuzaimah Ibnu al-Mundzir dan yg lain. Kedua melirihkan bacaan secara mutlak berdasarkan hadis Ibnu Abbas ra “Bahwa Nabi saw berdiri sangat lama sepanjang surah Al-Baqarah. Imam al-Bukhari mengomentari dari Ibnu Abbas bahwa dia berdiri di samping Nabi saw dalam salat gerhana matahari lalu dia tidak mendengarkan satu huruf pun dari Nabi saw. Ketiga seseorang bebas memilih antara keras dan pelan krn adanya kedua perintah tersebut dari Nabi saw. Keempat melirihkan bacaan pada gerhana matahari dan mengeraskan bacaan pada gerhana bulan. Ini pendapat Imam empat berdasarkan hadis Ibnu Abbas dan krn diqiyaskan dgn salat lima waktu. b. Dari Ibnu Abbas ra berkata “Pernah terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah saw kemudian Rasulullah saw melakukan salat lalu berdiri sangat lama sepanjang surah Al-Baqarah kemudian ruku’ dgn sangat lama lalu bangun kemudian berdiri sangat lama akan tetapi agak pendek dari berdiri yg pertama kemudian ruku’ dgn sangat lama akan tetapi agak pendek dari ruku’ yg pertama kemudian sujud. Kemudian berdiri sangat lama akan tetapi agak pendek dari berdiri yg pertama kemudian ruku’ sangat lama tetapi agak pendek dari ruku’ yg pertama. Kemudian bangun lalu berdiri dgn sangat lama tapi agak pendek dari berdiri yg pertama kemudian ruku’ dgn sangat lama tapi agak pendek dari ruku’ yg pertama. Kemudian mengangkat kepalanya lalu sujud kemudian salam dan matahari telah terang kembali kemudian Nabi saw berkhotbah kepada manusia.” Muttafaq Alaihi dan lafal hadisnya dari al-Bukhari. Menurut riwayat Muslim “Nabi saw salat delapan rakaat dalam empat sujud ketika terjadi gerhana matahari.” Angin Bertiup Sangat Kencang Bila angin itu bertiup kencang maka di sunnahkan membaca doa sebagaimana yg dilakukan Nabi saw seperti yg diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra di bawah ini Dari Ibnu Abbas ra berkata “Tidaklah angin itu bertiup sama sekali kecuali Nabi saw duduk di atas kedua lututnya dan berdoa ‘Ya Allah jadikanlah angin itu sebagai rahmat dan jangan Engkau jadikan sebagai azab ‘. ” . Apabila Terjadi Gempa Dari Ibnu Abbas ra dia salat dua rakaat dan masing-masing rakaat tiga kali ruku’ seraya berkata “Seperti inilah salat krn terjadinya tanda-tanda kekuasaan Allah .” dan asy-Syafi’i menyebutkan dari Ali ra seperti hadis itu bukan potongan hadis yg terakhirnya. Asy-Syafi’i dan yg lain berpendapat dalam salat tersebut tidak disunnahkan berjamaah dan apabila seseorang melakukannya dgn sendirian maka itu baik. Beliau beralasan krn tidak diriwayatkan dari Nabi saw bahwa beliau perintah agar melakukannya dgn jamaah kecuali dalam salat gerhana matahari dan bulan. Sumber Subulus Salaam Muhammad bin Ismail as-Shan’ani Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
sumber file al_islam.chm Share

1 comments:

novitarindiani.blogspot.com said...

saya baru mengetahui ternyata shalat gerhana itu hukumnya sunnah.
ST3 Telkom

Post a Comment